gambar diambil dari http://pasocamino.blogspot.com
Lampu lampu jalan mulai benderang
dibeberapa titik sisa sisa hujan menjadi genangan menutupi gorong gorong jalan
halte halte penuh sesak
sekumpulan orang penuh hiruk pikuk,
menuliskan kisah berisi pesan pesan untuk orang orang di rumah
berisi gejolak gelisa yang bertubi tubi
yang hanya bisa digantikan kata kata
kata yang memaksa kita terus menerus berjalan
lalu tanpa kita sadari kita mulai
berlari lari menyaksikan sisa sisa waktu yang tercecer dijalan
tau tau kita telah menjadi tua
halte halte pun hanya menjadi tempat
singgah sementara
tubuh kita lelah; dik
bahkan kunang kunang tak kita
temukan lagi disemak belukar
yang tersisa cuma halte yang
berevolusi, menjadi tubuh
berkarat dan berteman kawan dengan debu
kemana? kita akan pulang
membagikan gelisa resah yang bertubi
disaat hinggar binggar kota tak
dapat lagi menampung
menolak semua kata kata dan cerita
kita memang dipaksa berjalan ; dik
kita selalu ada dalam kondisi ini
memenuhi hasrat firasat,
maka di halte ini kita singgah sementara
menyaksikan sekumpulan orang penuh
hiruk pikuk membagikan selebaran cerita
di lain waktu nanti kita pulang
memeluk tubuh yang compang camping
dan ; semoga lampu lampu jalan
menemani kita berjalan pulang
menemukan diri yang tak akan pernah usai
(pariaman-kuingan dalam perjalan pulang)