13 Des 2011

preghiera2




kesaksian
Sejatinya kau mutlak
Sejatinya kau maha semua


Maka hanya padamu aku bersaksi
walau penuh luka, menghujam perih

preghiera




Akhirnya beberapa detik setelah ketakutan ini melanda. Aku membasu pelu. Mengutarakan kalimat kalimat sunyi. Pada pengaduan terakhir. Mungkin menjadi sebuah pengharapan. Entah lah. Aku mengunjungi mu lagi. Menyaksikan tangan mu melambai. Kutitipkan doa kepada waktu. Mungkin menjadi sebuah kebenaran. Entah lah. Tak ada yang tahu.
pada sebuah doa

kamboja dan burung gereja




Sudah lama aku tak lagi mengunjungi mu
selalu saja ada ruang yang memisahkan kita
Apa kabar mu ?
untuk sekedar menyampaikan sebuah pertanyaan 

Ceritakan lah kisah mu
agar burung - burung gereja yang bertengger
pada dahan kemboja yang mekar
merasa berhak mencuri dengar 

lalu nanti pada saat giliran ku
ku utarakan sebuah kisah yang tak banyak berubah
hingga para penghantar doa
berkeluh rendah

sepi kah kau disana sendiri
karena kisah ku selalu tentang hal yang sama
aku memang belum berhasil menemukan jawaban yang ada
aku selalu mengajukan ribuan pertanyan, pada semesta pikiran ku sendiri
ada apa di balik kisah kehidupan

rindukah kau pada ku
seperti rinduku, yang datang setiap hari
mengetuk rindu, pada daun pintu
tak bergeming sedikit pun
aku tak lagi memiliki kuncinya

lihat ka
burung pun mulai enggan mendengarkan nya
kisah yang kehilangan arah
yang berjalan jauh dari rumah nya

ceritakan saya kisah mu
agar bunga kamboja kembali mekar
agar burung gereja bertenger kembali
Sudah lama aku tak lagi mendengar kisah mu
selalu saja ada ruang yang memisahkan kita : raga

sembari memperhatikan tempat kau berbaring
aku memang belum berhasil mengunjungi mu pada waktu yang terukur
namun sudah kutitipkan doa
bersama kuntum bunga, yang kutaburkan
pada tempat kau berbaring
agar para pemuja doa yang melintas
tahu kalau aku merindu


_untuk seorang kakak _
"karena hanya raga yang memisahkan kita"
280811

kepada yang lama tak bersuara : isak




sekelumit rindu yang datang, petang ini
aku yang terdampar, tak kemana
lalu kuberanikan diri, menuliskan kata - kata rindu
"ini aku, yang rindu ku lama tak bertepi"

kulafalkan lagi, semua yang tertulis
masih ingatkah ketika kau hadir empat tahun lalu
saat itu tak ada jabat tangan
suara - suara menghilang terbawa ilalang
begitu saja, tak menanti jawaban ku

 aku beranikan diri : lagi
"ini aku, merindu pada suara - suara yang lama tak terdengar"
"ini memang aku"

mengukir sendiri huruf demi huruf
menahan isak, mencoba menutup serak
menatap sekali lagi, lelah dan lemah
kulafalkan huruf rindu
tepat pada sebuah huruf terakhir
sekelumit rinduku semakin menjadi
melepas isak tangis, membobol serak suara

rindu menatap
aku terdiam
suara - suara menghilang
begitu saja
tak menanti jawabanku

aku menatap.
Tak beranjak.
Karena kehabisan kata-kata. 

"Ini memang aku"

 kau mengangguk
"tapi bukan sekarang, kelak. tunggulah, jangan kemana-mana."

 aku terdiam,menahan isak, mencoba menutup serak


bekasi, ketika takbir berkumandang
-aku yang mencari diri, pada diri sendiri-

Status

Picture take fromhttp://puisilombok.blogspot.com/


mencari orang - orang sepi | menyepi dari gelak tawa | melawan lupa pada pencipta | menghapus  masa lalu | karena "jika kita mati, maka yang akan hilang dari kita bukanlah masa depan, tetapi masa lalu" |  semua orang berhak melakukan apa yang dianggap orang lain sebagai sebuah perbedaan | karena mereka pasti punya alasan untuk itu | maka mencari adalah sebuah hakikat | tanpa terbelengu prasangka | sepi tidak menganakan kesepian | penyembahan adalah tentang kesunyian | Perjuangan manusia adalah melawan lupa | mencari orang  - orang sepi |

11 Des 2011

Nikah Pisau


Nikah Pisau

aku sampai entah di mana. berputarputar
dalam labirin. perjalanan terpanjang
tanpapeta. dan inilah warna gelap paling
sempurna. kuraba gang di antara sungai 
dan jurang.

ada jerit, serupa nyanyi. mungkin dari 
mulutku sendiri. kudengar erangan, serupa
senandung, mungkin dari mulutku sendiri.

tapi inilah daratan dengan keasingan paling
sempurna: tubuhmu yang bertaburan ulatulat,
kuabaikan. sampai kurampungkan kenikmatan
sanggama. sebelum merampungkanmu juga
: menikam jantung dan merobek zakarmu,
dalam segala ngilu.

1992 

( "Nikah Ilalang" oleh Dorothea Rosa Herliany )