24 Mar 2011

Kerikil



 Tuhan diufuk sana, berdiri megah rumah Mu
Kerikil-kerikil kecil disekitarnya
Menambah perih langkah ku
Seperti menguji cinta ku

Langkah ku yang goyah
Kadang kala berhenti ditikungan
Penuh rayuan
Yang  dengan setia membuat  ku engan melangkah

Langkahku yang pernah kubuat dahulu
Menyisakan noda, yang takkan menghilag
Bahkan membuat nyinyir orang-orang di sekitar

Langkah kaki ku yang,
Gemetar menyusuri jalan
Kadang kala tak sanggup, menopang raga

Krikil-krikil kecil namun tajam
Setiap saat, bersedia menahan langkah kakiku
Mereka seakan-akan meremehkan cintaku

Tapi tak mengapa
Bukan kah cinta yang suci
Pasti selalu berteman dengan prahara
Dan bukan kah, Kisah cinta yang suci yang melegenda
Selalu berhiaskan ujian yang menanti dalam cerita percintaannya


bekasi, sunyinya kamar

23 Mar 2011

ini sajakku untuk mu


2005
Ketika itu waktu, masih memihak
kepada kita
bahkan senja pun merasa cemburu
Mencemburu tawamu yang hanya untukku
Prinsiplah yang mendekatkan kita
Kau anti kemapanan, ungkapmu
gincu pun engan menyapa bibirmu

 2006
Kau menatapku lekat, malam itu
Dengan binar matamu yang pekat
Ada sesuatu yang hendak kau sampaikan
Aku tak mendengar

Maka cerita baru pun berputar
Menikung menghianati peran

Matamu, mengatakan itu
Aku lupa
Selalu lupa
Samapai saatnya waktu
Menghinatiku

2006
Hari, selalu kuingat
Saat senja bercerita lantang
Bahasa asing yang menjadi prahara
Betulkah Aku lupa, selalu lupa
Saat itu, aku tak mendengar
Kau berkata lirih
Maklum aku mabuk malam itu

Aku benci hari itu
Hari yang kuharap menghilang
Dalam isian kalender mendatang

2007
Dan akhirnya
Mulai mengutuk hari
Mengencani sepi
Sepi
Lalu mulai berlari
Aku melewati lintasan
Menghitam, dan menyepi
Entah kemana
Aku lupa
Selalu Lupa

2008 
Lalu tiba dimana
Cerita berjalan searah
Aku Mulai melupakan
Kita tak tahu dimana
Sedangkan kau menikmati
Memahat sepi

Panjang menjulang
Waktu yang terbuang
Aku terpojok dalam ruang
Kau menghilang

2009
Tiba disaat kau menemukan
Waktu yang menghilang
Selamat
Aku tak ada, di situ

Walau samar-samar
Kau tetap, membelah ilalang
yang menghalangi jalan
Cuma sendiri, hanya sendiri
Entah apa masih memahat sepi
Aku lupa maklum


Aku semakin menyepi
Dan hampir menepi
Ah aku lupa, maklum

2010
Apakah masih ada gincu
yang menghiasi senyum mu
Untuk ku

Apakah kau, menemukan
 Waktu yang berserak
itu kah yang kau cari
Walau hanya sendiri
Selamat
Aku tak ada
Aku mengencani sepi
Benarkah
Maklum aku lupa


Akhir 2010
Hari ini aku melepasmu
Bukan, mengharap mu menghilang
Cuma inggin melihat
Senyum mu kembali
Walau bukan untuk ku
Aku yakin itu

Maklum, aku selalu tak tahu diri


Lalu aku mengingat
Jauh ditahun, yang lampau
Ini cerita, dan waktu yang samabukan cerita yang salah
Tapi peran pelaku yang tak pernah berubah
Maaf masih kah kau menungguku
Maaf ini kegoisan, yang terakhir kalinya

Apakah kau masih punya waktu
Maklum waktu ada, saat semua sudah menghilang
Only God know, i want see your sing again, it's hard you know
For me and you

Maafkan saya Tuhan
Maafkan aku orang yang paling kusayangi
Bertahanlah, biarkan aku yang menghampirimu

(padang, bekasi, jakarta, awal, akhir tahun)

12 Mar 2011

pendosa



aku mengulang kembali dosa yang telah terungkap

apakah aku menjadi pembangkang
apakah aku menjadi penantang
karena mengetahui bahwa ia akan selalu menghapus dosa yang ku buat
entah lah
yang pasti aku menjadi
kaum-kaum yang memunafikannya
aku tulis ini bukan sebagai
pembenaran diri
bahkan bukan sebagai penyesalan dosa
entah lah
biarkan perjalanan yang menentukan
yang pasti maafkan lah aku

6 Mar 2011

taman kecil





saya memang manusia
yang selalu terblengu egois semata
hingga akhirnya lupa kalau itu membuatnya luka
saya memang bukan pecinta yang ulung
hanya manusia yang selalu mencari untung
kini ku putuskan tak ingin menghancurkan tembok yang ada
yang telah ia bangun denagn susah payah
biarlah ku buat saja taman-taman kecil disekitarnya
dan jalan tapak kecil yang menggubungkan tamanku dengan bentengnya
hingga satu saat ketika ia butuh tempat melepas lelah dan gundah
ia bisa berkunjung tanpa pernah merasa berhutang dan terkekang
tanpa pula ia lupa jalan pulang
lalu kami akan berbagi cerita tentang hidup
Kita menikmati apa adanya

4 Mar 2011

Doa terpanjatkan




Dihamparan malam yang menghitam
hanya berteman, bintang penghuni langit
dalam keadaan yang jauh dari suci
doa terpanjatkan
menembus pintu kamar
yang dilekat erat isolasi murahan
doa menghujam relung hati
sang pendoa
bercakap kepadanya
penguasa 2 dunia
berharap terdengar, walaupun cuma rintihan kecil
mengaburkan mimpi buruk yang berkelebat
kepada Tuhannya
doa diserahkan
dengan sebuah keyakinan yang tergores noda
berharap sang kekasih dibalik pintu itu mendengar
bahwa sang pendoa menunggunya diluar
dan bersama mencari jalan Tuhan
ini lah doa terpanjatkan dari sang pendoa
"TUHAN lindungilah dirinya
tunjukanlah jalan mu  kepada ku dan kepada dirinya
kuatkan lah semangatnya, jangan pernah tergoyahkan lagi
kupasrahkan kepada MU, karena aku yang sering keluar dari jalurMU
walau iman ku remuk redam, kutitipkan ia kepada MU"

Dusta


Sampai saat dipagi tadi
Dusta masih tersisa
Aku tersesat dalam prasangka

Cermin tak kutemukan lagi di dinding kamar
Berkaca pada kotak yang kusimpan
Dalam dasar terdalam
ditengelamkan samudra

aku berdusta pada pencipta
melepas nikmatnya yang tak berbekas di hatiku