22 Jan 2011

Cerita 22 Januari

Rindu
Dalam perjalan hari ini
banyak hal satir yang ku temui
tentang seorang bapak yang berebut anak dengan istrinya
tentang pilihan sulut, yang memaksa seorang kawan tak dapat memilih
tentang orang2 yang memaki hidupnya, tanpa melakukan apa-apa
hidup memang tak segampang yang kita bayangkan
terlalu banyak persimpangan, yang memaksa harus memilih
walaupun ribuan keraguan, menemani pilihan
bahkan tak tahu akan berakhir dimana
jangan bertanya padaku
karena aku pun akan kehabisan kata-kata
peluh memenuhi tubuh ini


menikmati senja yang sudah berakhir,
menandakan hari yang hampir habis
dlm perjalan pulang
aku teringat mimpi2 ku
terbesit rindu yang sudah lama
memendam,
 lalu ku tuliskan catatan kecil
di buku kumal yang setia menemani

"untuk yang kehilangan kata-kata kepadaku
aljabar rindu ku sudah mengunung
walau tak pandai ku tuliskan
dalam bentuk kata-kata yang mengikat
aku rindu padamu
itu pasti
tentang hari - hari yang hilang
cerita kita yang dianak tirikan
bukan oleh siapa
pelakunya, aku seorang
dan aku kehilangan kata-kata
aku rindu itu pasti

kulihat jejak nanar
cerita kita
rintik rindu yang turun
menghilangkan keraguan
walau samar, aku tak tahu
aku rindu pada mu
itu pasti
"

hari ini 22 januari
ingatan ku tentang mu
mengalun mesra
teringat balada
dari sang legenda


"22 Januari kita berjanji
Coba saling mengerti apa didalam hati
22 Januari tidak sendiri
Aku berteman iblis yang baik hati
Jalan berdampingan
Tak pernah ada tujuan
Membelah malam
Mendung yang selalu datang
Ku dekap erat
Ku pandang senyummu
Dengan sorot mata
Yang keduanya buta
Lalu kubisikan sebaris kata-kata
Putus asa....sebentar lagi hujan"


pilihan memang harus di pilih
aku memilih untuk tidak mengalah
karena aku masih punya mimpi
nanti kita, cerita
tentang cerita yang baru
malam ini ku tutup
sambil merapal doa tentang mu

(22 januari, bekasi-jakarta-bekasi)
tentang mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar